Minggu, 30 Januari 2011

If Tomorrow Never Comes ...


I've a good story...

Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6 tahun. Ketika saya sedang bermain di halaman rumah saya di California, saya bertemu seorang anak laki-laki. Dia seperti anak laki-laki lainnya yang menggoda saya dan kemudian saya mengejarnya dan memukulnya. Setelah pertemuan pertama dimana saya memukulnya, kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain di batas pagar itu. Tapi itu tidaklah lama. Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami selalu bersama. Saya menceritakan semua rahasia saya. Dia sangat pendiam, dia hanya mendengarkan apa yg saya katakan.

Saya menganggap dia enak diajak bicara dan saya dapat berbicara kepadanya
tentang apa saja.

Di sekolah, kami memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami pulang ke
rumah, kami selalu berbicara tentang apa yg terjadi di sekolah. Suatu hari, saya
bercerita kepadanya tentang anak laki-laki yang saya sukai tetapi anak laki-laki itu telah menyakiti hati saya. Dia menghibur saya dan mengatakan segalanya akan baik-baik saja.
Dia memberikan kata-kata yang mendukung dan membantu saya untuk melupakannya. Saya
sangat bahagia dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya tahu
bahwa sesungguhnya ada yg lain dari dirinya yang saya suka. Saya memikirkannya
malam itu dan memutuskan kalau itu adalah rasa persahabatan. Selama SMA dan
semasa kelulusan, kami selalu bersama dan tentu saja saya berpikir bahwa ini
adalah persahabatan. Tetapi jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa ada sesuatu
yang lain. Pada malam kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri-sendiri,
sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yg menjadi pasangannya.

Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi ke rumahnya untuk
mengatakannya. Malam itu adalah kesempatan terbesar yang saya miliki tapi saya
hanya duduk di sana dan memandangi bintang bersamanya dan bercakap-cakap tentang
cita-cita kami berdua. Saya melihat ke matanya dan mendengarkan ia bercerita tentang impiannya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang kaya dan sukses. Yang dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya dan duduk dekat dengan dia. Saya pulang ke
rumah dengan terluka karena saya tidak mengatakan perasaan saya yang sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan berkata kepada diri saya sendiri bahwa suatu hari saya akan mengatakan kepadanya mengenai perasaan saya.

Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia selalu
bersama-sama dengan seseorang. Setelah lulus, dia mendapatkan pekerjaan di New
York. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat yang sama saya sangat
bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih karena saya menyadari ia pergi
untuk pekerjaan besarnya. Jadi.. saya menyimpan perasaan saya untuk diri saya
sendiri dan melihatnya pergi dengan pesawat. Saya menangis ketika saya
memeluknya karena saya merasa seperti ini adalah saat terakhir. Saya pulang ke
rumah malam itu dan menangis. Saya merasa terluka karena saya tidak
mengatakan apa yg ada di hati saya.

Saya memperoleh pekerjaan sebagai sekretaris dan akhirnya menjadi seorang analisis
komputer. Saya sangat bangga dengan prestasi saya. Suatu hari saya menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan sedih pada saat yang bersamaan.

Sekarang saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya bisa menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu pada bulan berikutnya. Itu adalah peristiwa besar.

Saya bertemu dengan pengantin wanita dan tentu saja juga dengannya. Sekali lagi
saya merasa jatuh cinta. Tapi saya bertahan agar tidak mengacaukan apa yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi mereka. Saya mencoba bersenang-senang malam itu, tapi sangat menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia dengan pasangannya dan saya mencoba untuk bahagia menutupi air mata kesedihan yang ada di hati saya. Saya meninggalkan New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yang tepat. Sebelum saya berangkat,  tiba-tiba dia muncul dan mengucapkan salam perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dengan saya.

Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yang terjadi di New York. Kehidupan saya terus berjalan. Tahun demi tahun berlalu... Kami saling menulis surat dan bercerita mengenai hal yang terjadi dan bagaimana dia rindu untuk berbicara dengan saya.

Pada suatu ketika, dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat kuatir mengapa dia tidak membalas surat saya meskipun saya telah menulis enam surat kepadanya.

Ketika semuanya seolah tiada harapan, tiba-tiba saya menerima sebuah catatan kecil mengatakan: "Temui saya di pagar dimana kita biasa bercakap-cakap". Saya pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia melihatnya, tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami kesulitan untuk bernafas.

Kemudian ia menceritakan kepada saya tentang perceraian dan mengapa dia tidak pernah menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tidak dapat menangis lagi... Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita dan tertawa bersama. Akan tetapi, saya tetap tidak
dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya yang sesungguhnya kepadanya.

Hari-hari berikutnya, dia gembira dan melupakan semua masalah dan perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya dia kembali ke New York, saya menemuinya dan menangis. Saya benci melihatnya harus pergi. Dia berjanji untuk menemui saya setiap kali dia mendapat libur. Saya tak dapat menunggu saat dia datang sehingga saya dapat bersamanya. Kami selalu bergembira ketika sedang bersama.

Suatu hari dia tidak muncul sebagaimana yg telah dijanjikan. Saya berpikir bahwa mungkin dia sibuk. Hari berganti bulan dan saya melupakannya.

Suatu hari saya mendapat telepon dari New York. Pengacara mengatakan bahwa ia telah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dalam perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya sangat terkejut akan kejadian ini. Sekarang saya tahu, mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya menangis semalaman. Air mata kesedihan dan kepedihan; bertanya-tanya mengapa hal ini
bisa terjadi terhadap seseorang yg begitu baik seperti dia?

Saya mengumpulkan barang-barang saya dan pergi ke New York untuk pembacaan surat wasiatnya. Tentu saja semunya diberikan kepada keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya dapat bertemu dengan mantan istrinya lagi setelah saat terakhir kali saya bertemu pada pesta pernikahan. Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya. Tapi suaminya selalu tampak tidak bahagia. Apapun yang dia kerjakan, tidak bisa membuat suaminya bahagia seperti saat pesta pernikahan mereka.

Ketika surat wasiat dibacakan, satu-satunya yang diberikan kepada saya adalah sebuah diary. Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan kepada saya. Saya tak dapat berpikir, mengapa ini diberikan pada saya?

Saya mengambilnya dan terbang kembali ke California. Ketika di pesawat, saya teringat saat-saat indah yang kami miliki bersama. Saya mulai membaca diary itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus membaca sampai akhirnya saya mulai menangis. Diary itu bercerita bahwa dia jatuh cinta kepada saya di hari ketika saya patah hati.

Tapi dia takut untuk mengatakannya kepada saya. Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataan saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepada saya berkali-kali, tetapi dia takut. Diary itu bercerita pula ketika dia di New York dan jatuh cinta pada orang lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika bertemu dan berdansa dengan saya di hari pernikahannya. Dia menulis bahwa ia membayangkan kalau itu adalah pernikahan kami. Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan istrinya. Saat-saat terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf demi huruf yg saya tulis kepadanya.

Akhirnya diary itu berakhir dengan tulisan:
"Hari ini saya akan mengatakan kepadaanya kalau saya mencintainya"
Itu adalah hari dimana dia meninggal. Hari dimana pada akhirnya saya akan mengetahui apa yang sesungguhnya ada dalam hatinya..

Karena itu, jika kamu mencintai seseorang,

"JANGAN PERNAH MENUNGGU HARI ESOK UNTUK MENGATAKAN KEPADANYA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar